Jumat, 20 April 2012
Petapa Jepang yang Hidup Sendiri Selama 20 Tahun
Pulau kecil yang jadi langganan hantaman badai dan tanpa mata air tawar bagaikan neraka bagi sebagian orang. Tapi tidak bagi seorang kakek, Masafumi Nagasaki, yang sudah tinggal 20 tahun di pulau terpencil, seorang diri.
Bagaikan seorang pertapa, dia pilih meninggalkan kehidupan perkotaannya pasca pensiun dan menetap di pulau Sotonabari. Dia mengaku mencari ketenangan dan pelarian dari seluruh kesibukannya saat bekerja sebagai fotografer di sebuah perusahaan hiburan.
Di pulau ini, lelaki 76 tahun ini bisa melakukan apapun yang ingin dia lakukan. Karena tinggal seorang diri, Nagasaki mengaku lebih suka telanjang bulat ketimbang berpakaian. Selain lebih praktis, laku ini juga membuatnya lebih dekat pada alam.
"Saya tidak mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, tapi saya ikuti aturan alam. Kau tidak bisa melawan alam, jadi patuhi saja. Itu yang saya pelajari di sini, itulah mengapa saya bisa bertahan," kata Nagasaki, dikutip dari Reuters, Rabu 18 April 2012.
Pulau yang dipilihnya, Sotonabari, yang artinya "pulau luar terjauh" memiliki luas sekitar 1.000 meter. Pulau yang letaknya dekat dengan pulau Iriomote itu jarang disinggahi nelayan karena letaknya yang jauh. Selain itu, Sotonabari miskin sumber daya, seperti air dan makanan.
Pada tahun pertama kedatangannya, Nagasaki sempat meragukan keputusannya untuk tinggal di pulau itu. Saat badai topan, seluruh perbekalannya terbawa angin, termasuk botol tabir surya dan tenda tempatnya tidur.
Sejak itu, dia merelakan kulitnya terpapar matahari yang membuat kulitnya kini lebih hitam.
Awalnya, dia mengenakan pakaian karena malu ketika ada kapal nelayan yang melintas. Namun lama-kelamaan, pulau itu menelan rasa malunya.
"Berjalan telanjang memang tidak pantas dalam kehidupan bermasyarakat, tapi di pulau ini, inilah seragamnya. Jika kau berpakaian, malah itu yang tidak pantas di sini," kata Nagasaki.
Hanya Makan Kue Beras
Dia hanya berpakaian seminggu sekali saat mendatangi pemukiman, sekitar satu jam perjalanan dengan kapal boat. Di pemukiman ini, Nagasaki mengambil uang kiriman dari keluarganya sebesar 10.000 yen atau sekitar Rp1,1 juta. Uang digunakan untuk membeli makanan dan air mineral yang tidak terdapat di pulau.
Makanannya hanya kue beras yang direbusnya di dalam air. Air untuk mandi dan bercukur diperolehnya dari air hujan yang ditampung di panci masak.
Di pulau ini, hidupnya teratur. Setiap pagi, dia berjemur di pantai. Sisanya hanya makan, mencuci dan membersihkan kediamannya sebelum malam tiba. Dua dekade hidup telanjang, kulitnya sudah kebal dari gigitan serangga yang ganas.
Dia mengaku itu bukanlah gaya hidup yang ideal dan sehat. Tapi dia mengaku senang.
"Menemukan tempat untuk mati adalah hal yang penting, dan saya memutuskan di sinilah tempat saya. Mati dikelilingi oleh alam, adakah yang lebih baik?" kata Nagasaki. (umi)
Sumber : http://kolom-inspirasi.blogspot.com/2012/04/petapa-jepang-yang-hidup-sendiri-selama.html#ixzz1sYdcxpvt
Bagaikan seorang pertapa, dia pilih meninggalkan kehidupan perkotaannya pasca pensiun dan menetap di pulau Sotonabari. Dia mengaku mencari ketenangan dan pelarian dari seluruh kesibukannya saat bekerja sebagai fotografer di sebuah perusahaan hiburan.
Di pulau ini, lelaki 76 tahun ini bisa melakukan apapun yang ingin dia lakukan. Karena tinggal seorang diri, Nagasaki mengaku lebih suka telanjang bulat ketimbang berpakaian. Selain lebih praktis, laku ini juga membuatnya lebih dekat pada alam.
"Saya tidak mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, tapi saya ikuti aturan alam. Kau tidak bisa melawan alam, jadi patuhi saja. Itu yang saya pelajari di sini, itulah mengapa saya bisa bertahan," kata Nagasaki, dikutip dari Reuters, Rabu 18 April 2012.
Pulau yang dipilihnya, Sotonabari, yang artinya "pulau luar terjauh" memiliki luas sekitar 1.000 meter. Pulau yang letaknya dekat dengan pulau Iriomote itu jarang disinggahi nelayan karena letaknya yang jauh. Selain itu, Sotonabari miskin sumber daya, seperti air dan makanan.
Pada tahun pertama kedatangannya, Nagasaki sempat meragukan keputusannya untuk tinggal di pulau itu. Saat badai topan, seluruh perbekalannya terbawa angin, termasuk botol tabir surya dan tenda tempatnya tidur.
Sejak itu, dia merelakan kulitnya terpapar matahari yang membuat kulitnya kini lebih hitam.
Awalnya, dia mengenakan pakaian karena malu ketika ada kapal nelayan yang melintas. Namun lama-kelamaan, pulau itu menelan rasa malunya.
"Berjalan telanjang memang tidak pantas dalam kehidupan bermasyarakat, tapi di pulau ini, inilah seragamnya. Jika kau berpakaian, malah itu yang tidak pantas di sini," kata Nagasaki.
Hanya Makan Kue Beras
Dia hanya berpakaian seminggu sekali saat mendatangi pemukiman, sekitar satu jam perjalanan dengan kapal boat. Di pemukiman ini, Nagasaki mengambil uang kiriman dari keluarganya sebesar 10.000 yen atau sekitar Rp1,1 juta. Uang digunakan untuk membeli makanan dan air mineral yang tidak terdapat di pulau.
Makanannya hanya kue beras yang direbusnya di dalam air. Air untuk mandi dan bercukur diperolehnya dari air hujan yang ditampung di panci masak.
Di pulau ini, hidupnya teratur. Setiap pagi, dia berjemur di pantai. Sisanya hanya makan, mencuci dan membersihkan kediamannya sebelum malam tiba. Dua dekade hidup telanjang, kulitnya sudah kebal dari gigitan serangga yang ganas.
Dia mengaku itu bukanlah gaya hidup yang ideal dan sehat. Tapi dia mengaku senang.
"Menemukan tempat untuk mati adalah hal yang penting, dan saya memutuskan di sinilah tempat saya. Mati dikelilingi oleh alam, adakah yang lebih baik?" kata Nagasaki. (umi)
Sumber : http://kolom-inspirasi.blogspot.com/2012/04/petapa-jepang-yang-hidup-sendiri-selama.html#ixzz1sYdcxpvt
0 komentar:
Posting Komentar